Subscribe Us

header ads

Jangan Terima Tawaran Keburukan!


...Sebab kita akan tetaplah mulia, sedang kehinaan akan kembali kepada pemiliknya. Yakinlah dengan janji Allah berupa surga yang luasnya seluas langit dan bumi bagi orang yang mampu menahan amarahnya.
-----

Seorang asing datang bertamu ke rumah Anda. Setelah Anda mempersilakannya masuk dan duduk dia memperkenalkan bahwa dirinya seorang marketing dari sebuah perusahaan hendak mempresentasikan sebuah produk baru yang menurutnya berkualitas baik. Setelah Anda amati rupanya produk tersebut tidak lebih bagus dari produk sejenis yang sudah Anda miliki. Anda menolaknya secara halus. Namanya marketing senantiasa dilatih dan dibriefing sebelumnya utk tidak kenal menyerah, orang tersebut berusaha meyakinkan Anda dengan menyebutkan bermacam keunggulan produk tersebut dari pesaing lain. Namun karena Anda sudah tahu produk tersebut tidak bagus Anda tetap menolaknya. Tak lama kemudian marketing tersebut pamit dan pergi.

Ada cerita lama tentang seorang guru indian yang sering dicaci-maki dihinakan dengan julukan-julukan yang buruk oleh para pendatang yang kebetulan lewat. Guru ini tidak bergeming, hanya membalas dengan senyuman sampai orang-orang itu kehabisan kata-kata. Melihat hal tersebut, seorang muridnya bertanya kepada sang guru.

“Guru, mengapa Anda diam saja ketika para pendatang itu menghina Anda? Bahkan dengan hinaan yang sangat menyakitkan? Padahal Anda memiliki sebuat busur. Anda bisa membidikkan anak panah untuk memberi mereka pelajaran.”

“Benar nak,” jawab sang guru. “Aku bisa saja melakukannya. Dengan membidikkan anak panah ke jantungnya aku bisa merasa puas. Tapi aku memilih hal yang lebih baik.”

“Apa itu, Guru?” tanya sang murid.

“Kau tahu, jika ada sebuah barang ditawarkan kepadaku namun aku tolak karena berkualitas rendah. Kemudian barang itu ditawarkan kembali kepada orang lain dan semua orang namun mereka tetap menolaknya, maka siapa yang akan memilikinya?"

"Milik orang yang menawarkannya." Jawab sang murid.

“Nah, aku menolak semua hinaan, semua caci-maki yang mereka tawarkan, karena itu barang yang buruk sekali. Biar saja keburukan itu kembali kepada mereka.”

“Aku mengerti guru...”

---
Dalam kisah pertama tadi, barang berkualitas rendah sekadar perumpamaan bagi perlakuan buruk orang lain kepada kita. Kedua kisah ini sama-sama memberi pelajaran kepada kita untuk tidak sekali-kali menerima tawaran keburukan dari orang lain. Hinaan dan cacian yang dibidikkan kepada diri kita tidak akan membuat kita rendah, tidak akan membuat diri kita hina. Sebab orang yang suka menghina, sesungguhnya dia menghinakan dirinya sendiri. Emas tetaplah emas meskipun ia tertimbun di dalam pasir kali yang hitam.

Menarik sekali jika kita mundur pada peristiwa 15 abad silam dimana suatu hari Rasulullah SAW bertamu ke rumah Abu Bakar as-Shidiq. Ketika sedang bercengkerama dengan Rasulullah, datang seorang Arab badui menemui Abu Bakar dan langsung mencelanya. Berbagai kata-kata kotor keluar keluar dari mulut orang itu. Abu Bakar tidak menghiraukannya.

Ia kemudian melanjutkan perbincangan dengan Rasulullah. Melihat hal ini, Rasulullah SAW tersenyum. Orang Arab badui itu kembali memaki-maki Abu Bakar. Kali ini makian dan hinaannya lebih kasar.

Namun, dengan kesabarannya serta keimanan yang kokoh Abu Bakar tetap membiarkannya. Rasulullah SAW kembali tersenyum. Semakin marahlah orang Arab badui ini.

Untuk ketiga kalinya orang Arab badui ini memaki-maki Abu Bakar dengan makian yang jauh lebih menyakitkan. Akhirnya tak terbendunglah amarah Abu Bakar. Dibalasnya makian orang Arab badui itu dengan makian pula.

Terjadilah perang mulut. Seketika itu Rasulullah berpaling dari Abu Bakar. Ia pergi meninggalkan Abu Bakar tanpa mengucapkan salam.

Abu Bakar menjadi bingung. Dikejarnya Rasulullah SAW yang telah sampai halaman rumah.

Kemudian Abu Bakar memanggil beliau. "Wahai Rasulullah, janganlah Engkau biarkan aku dalam kebingungan yang sangat. Jika aku berbuat kesalahan, jelaskan kesalahanku," pintanya.

Rasulullah SAW menjawab, "Sewaktu orang Arab badui itu datang lalu mencelamu dan engkau tidak menanggapinya, aku tersenyum karena banyak malaikat di sekelilingmu yang akan membelamu di hadapan Allah. Begitu pun yang kedua kali ketika ia mencelamu dan engkau tetap membiarkannya, para Malaikat semakin bertambah banyak jumlahnya. Oleh sebab itu, aku tersenyum.

Namun, ketika kali ketiga ia mencelamu dan engkau membalasnya, semua malaikat pergi meninggalkanmu. Hadirlah Iblis di sisimu. Oleh karena itu aku tidak ingin berdekatan dengannya dan aku tidak memberikan salam kepadanya."

Demikianlah Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk menahan amarah, tidak membalas hinaan dengan hinaan. Sebab kita akan tetaplah mulia, sedang kehinaan akan kembali kepada pemiliknya. Yakinlah dengan janji Allah berupa surga yang luasnya seluas langit dan bumi bagi orang yang mampu menahan amarahnya (Ali Imran[3]:133-134). [musa]

Posting Komentar

0 Komentar