Subscribe Us

header ads

Nafsu dan Ular Beku


Sebuah kisah nyata. Seorang penangkap ular pergi ke pegunungan di Irak. Karena musim dingin yang sangat menggigit dan salju yang lebat, banyak ular yang sangat besar dia jumpai tidak bergerak, seolah-olah mati.

Sang penangkap ular tersebut mengambil salah satu ular yang tampaknya tak bernyawa ini dan membawanya ke Bagdad dengan tujuan untuk digunakan sebagai pertunjukan, memamerkannya. Dia mengarang-ngarang cerita tentang bagaimana dia dengan gagahnya menangkap ular itu.

Namun, ketika matahari mulai bersinar dan kehangatannya menyelimuti ular itu, rasa dingin di tubuhnya menghilang. Tanda-tanda kehidupan segera terlihat dan ketika ular itu mulai bergerak, penangkap ular dan semua orang di sekitarnya lari menyelamatkan diri.

---

Moral Story: Nafsu kita, seperti ular itu. Dengan tazkiyatun nafs, dan usaha yang sungguh-sungguh dalam melakukannya, nafsu kita menjadi beku, seperti sudah mati. Tetapi ketika terkena sedikit panas karena melakukan kemaksiatan nafsu kita menjadi liar dan membahayakan jiwa lagi. Sedikit terpapar dosa saja nafsu akan kembali "hidup".

Menurut Said Hawwa, tazkiyatun nafs pada hakikatnya menjauhkan diri dari kemusyrikan, mengakui keesaan Allah SWT, serta meneladani akhlak Rasulullah SAW tercinta.

Ada tiga fase yang mesti dilalui, yaitu tathahhur, tahaqquq, dan takhalluq. Tahap pertama (tathahhur) berarti memfokuskan hati dan pikiran hanya kepada Allah SWT. Kuncinya adalah dzikir, baik secara lisan, batin, maupun perbuatan. Sebagai firman Allah SWT surat Ali Imran ayat 191.

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.

Di dalamnya, Allah menyinggung orang-orang yang mengingat-Nya baik dalam keadaan berdiri, duduk, maupun berbaring. Mereka itu menyadari tanda-tanda kekuasaan Allah di langit dan bumi.

Tahap kedua, yakni tahaqquq, dapat diartikan sebagai perwujudan sifat-sifat Allah yang mulia dalam aktivitas seorang Muslim. Semboyannya adalah berakhlak sebagaimana akhlak Allah. Misalnya, salah satu sifat Allah adalah ar-Rahmaan dan ar-Rahiim. Maka dari itu, seseorang hendaknya cenderung bersifat pengasih dan penyayang terhadap sesama.

Tahap ketiga, takhalluq, adalah membiasakan akhlak-akhlak baik ke dalam kehidupan sehari-hari. Ini adalah puncak perwujudan disiplin diri, sehingga jiwa cenderung pada kondisi ideal, nafsul muthma'innah. Jiwa yang mengantarkan seseorang kepada jannah-Nya. Jiwa yang siap menerima cahaya kebenaran ilahi, yang cenderung menerima hal-hal yang makruf dan menolak hal-hal yang mungkar.

Dengan demikian, kita tidak boleh berpikir bahwa kita telah membunuh nafsu kita sehingga menjadi lalai. namun dengan ketiga tahapan tazkiyatun nafs tadi, atas izin Allah nafsu dapat dibekukan. [musa]

Posting Komentar

0 Komentar